36 Tahun Renungan Harian®
- Rincian
- Diterbitkan hari Senin, 01 September 2014 00:00
- Ditulis oleh Arie Saptaji
- Dibaca: 8090 kali
Dari Stensilan Sampai Memiliki Banyak Varian
Tahukah Anda bahwa edisi pertama (RH) berupa cetak stensilan? Formatnya dua lembar kertas dilipat dua, dicetak bolak-balik sehingga menjadi 8 halaman. Satu halaman untuk sampul, yang karena pengelolanya bingung akhirnya digambari dengan tanda tanya besar, dan sisanya memuat bahan waktu teduh untuk satu minggu.
RH muncul dari obrolan santai tiga orang guru Sekolah Minggu GKI Ngupasan seusai mengikuti Refreshing Course di Salatiga pada Agustus 1978. Ketiganya—Stephanus Junianto, Lanita Winata, dan Yenny—menerima kiriman Our Daily Bread (ODB) tiga bulan sekali. Mereka merasa sangat diberkati melalui bacaan tersebut.
“Bagaimana kalau kita terjemahkan dan kita bagikan ke orang-orang, supaya mereka juga bisa berwaktu teduh?” kata salah seorang dari mereka.
Meskipun kemampuan bahasa Inggris mereka pas-pasan karena mereka bertiga kuliah di Jurusan Ekonomi, mereka berusaha keras untuk menerjemahkan ODB. Kemudian mereka patungan untuk menanggung biaya cetak stensil.
Pada awal September 1978, Minggu pagi, mereka membagikan terjemahan edisi pertama itu di depan pintu GKI Ngupasan, Yogyakarta. Waktu itu mereka belum mencantumkan nama apa-apa.
Waktu mempersiapkan edisi minggu kedua, mereka kembali bingung. Sampulnya mau diberi gambar apa? Akhirnya mereka mengambil jalan pintas: membubuhkan gambar tanda seru besar!
Pada minggu kedua ini, orang yang sudah menggunakannya berkomentar bahwa mereka merasa diberkati. Tetapi, ada juga yang protes, “Ini kok cuma diberi tanda tanya dan tanda seru sih? Coba diberi nama, diberi ilustrasi.”
Seorang mahasiswa arsitektur mengulurkan bantuan untuk membuat ilustrasi. Beberapa mahasiswa sastra Inggris menawarkan diri untuk ikut menerjemahkan naskah. Mereka kemudian memutuskan untuk memberi nama yang sederhana dan mudah diingat pada terbitan tersebut: Renungan Harian.
Beberapa waktu kemudian gereja mulai melirik. “Wah, bagus ini untuk guru-guru Sekolah Minggu.” Mereka, dengan dana dari komisi, memesan khusus untuk keperluan ini. Perkembangan RH pun lalu bergulir. Guru-guru Sekolah Minggu tersebut banyak yang menjadi aktivis Persekutuan Mahasiswa Kristen Yogyakarta (PMKY). Mahasiswa PMKY lalu ikut memesannya sehingga oplah bertambah. Mereka diminta mengganti biaya stensil. Tim awal makin kewalahan memenuhi pesanan sehingga kemudian pengelolaan RH diserahkan kepada PMKY.
PMKY memiliki hubungan erat dengan Persekutuan Siswa Kristen Yogyakarta (PSKY), dan RH pun menyebar di lingkungan PSKY. Mereka juga menjalin hubungan baik dengan PMK-PSK di Solo dan Magelang, yang juga memerlukan bahan renungan. RH stensilan mulai dikirimkan ke dua kota tersebut.
Format stensil mingguan ini bertahan cukup lama. Ketika Susanto menjadi pengurus PMKY, RH mendapatkan sumbangan mesin stensil dari Perkantas Surabaya melalui staf Senior Perkantas saat itu, Iman Santoso.
Tim awal RH satu per satu meninggalkan Yogyakarta. Mereka tidak lagi mengikuti perkembangannya dari dekat. Di tangan PMKY, RH kian bertumbuh. Menjadi media pendamping waktu teduh bulanan. Dicetak ofset dengan sampul berwarna. Dan, pada 1982, didirikan Yayasan Gloria untuk menaunginya. Stephanus diajak untuk terlibat dalam kepengurusan.
Perkembangan RH selanjutnya sangat mengesankan. Oplah RH sempat mencapai 150 ribu eksemplar.
Selain itu, Tuhan juga membukakan berbagai ladang pelayanan lain. Yayasan Gloria dimampukan untuk bergerak dalam pelayanan penjara, beasiswa, lembaga pelatihan, penerbitan buku rohani, percetakan, dan sebagainya. “Sungguh membesarkan hati menyaksikan Tuhan menyertai kami. Awalnya kami diajar menekuni pelayanan yang kecil dan kemudian Dia mempercayakan kepada kami hal-hal lain yang lebih besar,” kata Susanto.
Tim editor sebuah renungan lain pernah beranjangsana ke RH, ingin mengetahui rahasia dapurnya. Mereka merencanakan kunjungan sekitar seminggu karena mengira akan bertemu dengan banyak orang dan berkeliling ke banyak tempat. Ternyata, mereka disambut oleh tim yang terdiri atas 4 orang di sebuah kantor yang kecil. Waktu kunjungan akhirnya dipersingkat; dalam waktu setengah hari tukar pengalaman di antara mereka sudah rampung.
Tim RH bersyukur karena kehadiran RH menginspirasi tumbuhnya banyak renungan yang kini bertebaran di banyak lembaga pelayanan, gereja, dan toko buku. Biarlah nama Tuhan dipermuliakan dan semakin banyak ide kreatif pelayanan dimunculkan.
Salah satu tonggak penting dalam perjalanan RH terjadi pada 2008. Setelah sebelumnya berisi renungan terjemahan dari ODB, mulai edisi Januari 2008 RH memuat naskah karya penulis Indonesia sehingga isinya terasa lebih dekat dan relevan bagi pembaca.
Sebagai anggota tim awal penggagas RH, Stephanus melihat penyertaan Tuhan yang luar biasa. “Bagaimana tidak? Kami bertiga mahasiswa ekonomi, tidak paham seluk-beluk publikasi. Kalau bukan Tuhan yang bekerja, tidak mungkin RH berkembang sejauh ini,” katanya.
“Untuk berkembang, sebuah organisasi memerlukan pemimpin dengan visi yang kuat dan bersedia memperjuangkannya mati-matian. RH tidak demikian. Pengelolanya banyak orang dan berganti-ganti. Nyatalah kalau Tuhan sendiri yang bekerja, yang memelihara RH sehingga menjadi sebesar sekarang. Tanpa campur tangan Tuhan, sudah dari dulu RH ini mati. Tetapi, Tuhan mengirimkan orang-orang yang terbeban untuk mendukung dan menjalankan pelayanan ini”, tambahnya.
Stephanus memiliki harapan sederhana untuk perkembangan RH selanjutnya, yaitu agar media ini terus mendampingi orang-orang Kristen berwaktu teduh. “Masih banyak orang Kristen yang belum melakukannya. Di sisi lain, perkembangan teknologi komunikasi dan digital yang begitu pesat membuka peluang untuk menjangkau berbagai lapisan mulai dari para penggemar gadget sampai penduduk yang tinggal di daerah pelosok. Varian RH yang ada semoga dapat melayani berbagai kebutuhan mereka. Biarlah semakin banyak orang yang dekat dengan Tuhan, mengalami perjumpaan dengan Tuhan setiap hari melalui waktu teduh,” katanya. ***—ARS
Anda diberkati melalui Renungan Harian?
Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan kami.
Rek. Renungan Harian BCA No. 456 500 8880 a.n. Yayasan Gloria