KEPEMIMPINAN DAN KEKUASAAN
- Rincian
- Diterbitkan hari Sabtu, 09 Maret 2024 00:00
- Ditulis oleh Zefanya Duta P.
- Dibaca: 4843 kali
Baca: BILANGAN 16:1-5
Mendengar hal itu, sujudlah Musa. (Bilangan 16:4)
Bacaan Alkitab Setahun:
Ulangan 30-31
Kursi pemimpin sering kali dianggap sebagai “kursi empuk”, karena memberikan posisi yang sangat nyaman dengan kekuasaan yang besar. Sehingga, kursi pemimpin menjadi kursi yang panas, karena kenyamanan yang ditawarkan membuat banyak orang memperebutkannya. Hal ini menunjukkan bahwa pada kenyataannya, banyak orang salah dalam memahami arti pemimpin, bahkan justru gila akan kekuasaan.
Begitu pula yang dilakukan oleh Korah dan para pemimpin umat Israel, di mana mereka bersekongkol untuk menggulingkan kepemimpinan Musa dengan alasan bahwa Musa telah meninggikan dirinya dan mempermainkan umat Tuhan yang kudus. Mereka merasa bahwa mereka layak menjadi pemimpin, karena mereka telah dipilih umat melalui rapat. Tetapi, ketika mereka melancarkan pemberontakannya dan meminta Musa turun, Musa justru sujud dan berkata bahwa Tuhan akan menunjukkan siapa yang layak mendekat kepada-Nya. Artinya, Musa hendak menunjukkan bahwa sebenarnya Musa merasa tidak layak menjadi pemimpin, tetapi Allah yang melayakkannya; karena seorang pemimpin bukanlah dipilih oleh manusia, tetapi dipilih oleh Allah sendiri.
Melalui sikap Musa, kita ditunjukkan bahwa seorang pemimpin bukanlah seorang yang berkuasa, tetapi seorang yang mau merendahkan diri. Musa mengajak kita untuk mendasarkan kepemimpinan kita dengan kerendahhatian. Karena kekuasaan hanya akan melahirkan kekacauan, tetapi kerendahhatian akan melahirkan kedamaian dan penyertaan dari Allah.
—ZDP/www.renunganharian.net
KEKUASAAN AKAN MELAHIRKAN KEKACAUAN,
TETAPI KERENDAHHATIAN MEMBERIKAN KEDAMAIAN
Anda diberkati melalui Renungan Harian®?
Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan kami.
Rek. BCA No. 456 500 8880 a.n. Yayasan Pelayanan Gloria