ELEGI UNTUK BUMI
- Rincian
- Diterbitkan hari Minggu, 05 Jun 2022 00:00
- Ditulis oleh May Lan
- Dibaca: 5839 kali
Baca: AMSAL 30
Si lintah mempunyai dua anak perempuan: “Untukku!” dan “Untukku!” (Amsal 30:15a)
Bacaan Alkitab Setahun:
Ezra 10
Paradigma antroposentrisme memandang manusia sebagai pusat dari alam semesta. Nilai tertinggi melekat pada diri manusia, sedangkan alam beserta segala isinya hanya dianggap sebagai alat pemuas kepentingan dan kebutuhan hidup. Alam kerap kali dieksploitasi demi memenuhi keinginan manusia yang tak mengenal batas. Sebagai akibatnya, kerusakan alam menjadi tidak terhindarkan. Nyanyian untuk bumi pun mengalun membangkitkan ratapan terhadap keegoisan manusia.
Sifat manusia yang egois cenderung membuatnya berpikir hanya untuk kepentingan diri sendiri (self-centered). Seperti yang diungkapkan oleh Agur bin Yake, sifat semacam ini hanya berpusat pada dua hal: untukku dan untukku (ay. 15). Mandat Tuhan untuk memenuhi bumi dan menaklukkannya (Kej. 1:28) ujung-ujungnya diselewengkan oleh manusia demi pemuasan diri sendiri. Penyelewengan ini bertendensi memanfaatkan alam tanpa memperhitungkan kelestariannya.
Hidup yang self-centered membuat seseorang juga sanggup melakukan eksploitasi terhadap orang lain untuk kepentingan diri sendiri. Pada tataran ini kebutuhan orang lain, termasuk yang menyangkut generasi yang akan datang, cenderung diabaikan.
Elegi untuk bumi pada dasarnya meratapi keserakahan manusia yang berujung pada kerusakan lingkungan. Kematian hati nurani melahirkan ratapan yang mengungkapkan dukacita mendalam terhadap alam yang semata-mata menjadi objek eksploitasi manusia.
—EML/www.renunganharian.net
HIDUP YANG BERPUSAT PADA DIRI SENDIRI
HANYA MENCIPTAKAN NYANYIAN RATAPAN ATAS BUMI
Anda diberkati melalui Renungan Harian®?
Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan kami.
Rek. BCA No. 456 500 8880 a.n. Yayasan Pelayanan Gloria