JUJUR DI HADAPAN ALLAH
- Rincian
- Diterbitkan hari Senin, 18 Jun 2018 00:00
- Ditulis oleh Angga Febriani
- Dibaca: 14014 kali
Baca: Ayub 10:1-22
“Aku telah bosan hidup, aku hendak melampiaskan keluhanku, aku hendak berbicara dalam kepahitan jiwaku.” (Ayub 10:1)
Bacaan Alkitab Setahun:
Ayub 13-16
Ayub pribadi yang luar biasa. Meskipun mengalami pencobaan yang amat berat, kehilangan semua hal kecuali nyawanya, ia begitu tegar. Kita mungkin bertanya-tanya apakah kita bisa setangguh dia. Namun, Alkitab mencatat bahwa Ayub juga manusia biasa. Di pasal 10 ini ia mengeluhkan penderitaannya dan bertanya-tanya mengapa Allah berlaku setega itu kepadanya.
"Aku bosan hidup" (ay. 1). "Mengapa Engkau beperkara dengan aku?" (ay. 2). "Engkau mencari-cari kesalahanku" (ay. 6). "Engkau ... hendak membinasakan aku" (ay. 8). "Kalau aku berbuat dosa, Engkau mengawasi aku" (ay. 14). "Seperti singa Engkau memburu aku" (ay. 16). “Lebih baik aku tidak pernah lahir” (ay. 18). Ini adalah keluhan jujur seorang manusia yang sedang bergumul berat. Dan, di ujung pencobaannya, Ayub mendapat jawaban atas pertanyaan dan keluh kesahnya bahwa Allah tidak seperti yang ia kira.
Saat mengalami ujian hidup yang amat menyesakkan, terkadang kita tidak tahan untuk tak bersuara. Berdosakah kita di hadapan Allah saat mengeluhkan perbuatan-Nya dan mempertanyakan keadilan, kuasa, dan belas kasih-Nya? Dari kehidupan Ayub kita melihat bahwa Allah mempersilakan umat-Nya untuk jujur di hadapan Dia. Itu justru seperti membuka lebar luka yang sedang kita alami supaya Allah dapat membalurkan balsam untuk memulihkannya. Dia tak pernah menuntut kita untuk selalu kuat dan dewasa. Di hadapan siapa lagi kita bisa begitu jujur dan terbuka, selain di hadapan Bapa kita sendiri?
—TAF/www.renunganharian.net
KETIKA KITA MENYINGKAPKAN KELEMAHAN DIRI DI HADAPAN ALLAH,
DIA AKAN MENYINGKAPKAN KEKUATAN-NYA KEPADA KITA
Anda diberkati melalui Renungan Harian?
Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan kami.
Rek. Renungan Harian BCA No. 456 500 8880 a.n. Yayasan Gloria