TAMBA ATI
- Rincian
- Diterbitkan hari Minggu, 04 September 2016 00:00
- Ditulis oleh Eko Elliarso
- Dibaca: 8002 kali
Baca: Mazmur 65
“Kiranya kami menjadi kenyang dengan segala yang baik di rumah-Mu, di bait-Mu yang kudus.” (Mazmur 65:5)
Bacaan Alkitab Setahun:
Yehezkiel 14-16
Di dinding depan bangunan itu tertera tulisan “Mushala Tamba Ati”. Kata tamba (bhs. Jawa) berarti obat, dan ati berarti: pusat kesadaran, pusat kehidupan, bahkan jiwa. Rupanya, mushala itu diharapkan dapat menjadi tempat pengobat hati, pengobat jiwa, pengobat kehidupan.
Memang, “Tamba Ati” adalah nama mushala. Tetapi, mari kita renungi! Bukankah memang demikianlah seharusnya fungsi semua rumah ibadah tanpa kecuali: menjadi tempat di mana orang menemukan obat yang menyembuhkan hati dan jiwa, dan bukan yang lain? Bukankah “menjadi kenyang dengan segala yang baik di rumah-Mu” (Mazmur 65:5) berarti bahwa di rumah Tuhan itu jiwa kita disembuhkan? Ketika putus asa melanda, di rumah-Nya kita berjumpa dengan Sang Sumber Harapan. Ketika hedonisme mencengkeram jiwa, kita berjumpa dengan Sang Mahakudus yang mendorong kita memperjuangkan kekudusan hidup. Ketika kita dibakar amarah, di rumah penyembuh jiwa itu pengampunan Tuhan nan sejuk menyiram padam bara amarah kita. Ketika sikap diskriminatif merajai pikiran, di sana kita berjumpa dengan Allah yang merangkul semua orang tanpa kecuali.
Memang, permohonan “Kiranya kami...” menyimpan pengakuan bahwa ada kalanya, orang datang ke rumah Tuhan bukan untuk “menjadi kenyang dengan segala yang baik”, melainkan untuk sesuatu yang lain.
Maka, pertanyaannya, apakah yang sesungguhnya kita cari di rumah Tuhan itu? “Jawabnya tertiup di angin lalu,” kata Bimbo.—EE
BAGAI PANCURAN BENING JERNIH, RUMAH PENYEMBUH JIWA ITU TELAH TERSEDIA.
APAKAH KITA KE SANA UNTUK MEMBASUH DIRI, ITU PERSOALAN TERSENDIRI.
Anda diberkati melalui Renungan Harian?
Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan kami.
Rek. Renungan Harian BCA No. 456 500 8880 a.n. Yayasan Gloria