DUA AYAH
- Rincian
- Diterbitkan hari Sabtu, 11 Jun 2016 00:00
- Ditulis oleh Agus Santosa
- Dibaca: 8873 kali
Baca: 2 Samuel 12:15-25
Selagi anak itu hidup, aku berpuasa dan menangis, karena pikirku: siapa tahu TUHAN mengasihani aku, sehingga anak itu tetap hidup. (2 Samuel 12:22)
Bacaan Alkitab Setahun:
Nehemia 13
Tears in Heaven pernah menjadi lagu “wajib” Eric Clapton setiap kali show. Lagu ini diciptakan untuk mengenang putranya yang berusia empat tahun, Conor, yang meninggal setelah terjatuh dari jendela lantai 53 sebuah apartemen di New York. Kesedihan Clapton mengingatkan kita kepada Daud saat menghadapi anaknya yang sakit keras. Selama sepekan Daud memohon agar Tuhan menyembuhkan anaknya. Sepekan itu ia berpuasa, menangis, dan berbaring di tanah memohon belas kasihan Tuhan. Pada hari ketujuh anaknya meninggal. Para tua-tua khawatir Daud akan mencelakakan dirinya, tak bisa menerima kenyataan.
Ternyata Daud tegar dan segera bangkit setelah tahu anaknya sudah meninggal, “Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa? Dapatkah aku mengembalikannya lagi? Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku” (ay. 23).
Clapton pun, setelah beberapa tahun melantunkan Tears in Heaven, suatu hari menyatakan tidak ingin menyanyikan lagu itu lagi. Ia melepas Conor yang takkan kembali lagi kepadanya.
Kita kagum pada Daud, juga pada Clapton. Kedua ayah itu tidak terlarut ke dalam kesedihan. Mereka mau mengubah sikap untuk mengatasi penderitaan, sikap untuk mengalahkan kesedihan, kekecewaan, dan perasaan tidak bahagia. Hari ini, apakah kita tengah berkubang dalam kesedihan, sulit melepaskan kekecewaan pada masa lalu? Mari memulihkan diri kita, mengubah sikap untuk menapaki kehidupan yang lebih bahagia.—ASA
KITA TIDAK BISA HIDUP DI MASA LALU, TETAPI MASA LALU YANG HIDUP
DALAM DIRI KITA. --CharlesPerkins
Anda diberkati melalui Renungan Harian?
Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan kami.
Rek. Renungan Harian BCA No. 456 500 8880 a.n. Yayasan Gloria