BUKAN KARENA SALEH
- Rincian
- Diterbitkan hari Kamis, 02 Juli 2015 00:00
- Ditulis oleh Arie Saptaji
- Dibaca: 12218 kali
Baca: Kejadian 6
Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN. (Kejadian 6:8)
Bacaan Alkitab Setahun:
Mazmur 40-45
Sejak zaman Sekolah Minggu, saya membayangkan Nuh sebagai seorang nabi yang saleh, kalis dari kesalahan, menjulang berbeda dari orang-orang sezamannya—karena itulah Tuhan memilihnya untuk memulai sebuah angkatan baru. Film Noah garapan Darren Aronofsky menawarkan cara pandang yang menggelitik. Pada satu titik, Nuh menyadari bahwa dirinya sama bejatnya dengan orang-orang di sekitarnya. Selebihnya, sosoknya ditampilkan garang, lengkap dengan sebuah pilihan yang nyaris fatal, yaitu hendak membunuh cucunya. Film ini mendorong saya memikirkan ulang sosok Nuh.
Bagaimana sebenarnya Alkitab menggambarkan Nuh? Jika kita mencermati Kejadian 6:1-7, Alkitab memaparkan kejahatan seluruh manusia—tanpa kecuali. Secara tersirat, Nuh juga bagian dari angkatan yang jahat itu. Ia tidak sebersih yang kita kira. Titik balik berlangsung di ayat 8: “Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN.” Baru kemudian muncul catatan: “Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya” (ay. 9). Artinya, Nuh menjadi orang benar bukan karena kesalehannya sendiri, melainkan karena mendapatkan kasih karunia Tuhan.
Catatan Alkitab tentang Nuh nyatanya menggarisbawahi Injil kasih karunia. Kisah Nuh menggaungkan kabar gembira: bahwa dari masa ke masa Tuhan membenarkan manusia bukan karena perbuatan baik atau amal ibadahnya, melainkan karena anugerah-Nya semata (bdk. Ef. 2:8). Kabar gembira yang sungguh melegakan karena kepada kita pun Tuhan berkenan menyatakan kemurahan-Nya.—ARS
KESALEHAN KITA BUKANLAH SYARAT UNTUK PEMBENARAN TUHAN.
SEBALIKNYA, KESALEHAN KITA ADALAH BUAH DARI PEMBENARAN TUHAN.
Anda diberkati melalui Renungan Harian?
Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan kami.
Rek. Renungan Harian BCA No. 456 500 8880 a.n. Yayasan Gloria