MENGELOLA SAKIT HATI
- Rincian
- Diterbitkan hari Sabtu, 14 Maret 2015 00:00
- Ditulis oleh Theofilus Yuli Setianto
- Dibaca: 14141 kali
Baca: Ester 3:1-15
Sesungguhnya, orang bodoh dibunuh oleh sakit hati, dan orang bebal dimatikan oleh iri hati. (Ayub 5:2)
Bacaan Alkitab Setahun:
Yosua 4-6
Adolf Hitler terlahir sebagai orang yang berpotensi menjadi pemimpin besar. Namun, ia dibesarkan oleh ayah yang menggunakan kekerasan dalam mendidik anak-anaknya. Ayahnya suka memerintah dan menuntut anaknya patuh. Hitler kerap bertengkar dengan sang ayah, yang tidak menyetujui keinginannya menekuni seni murni. Perlakuan sang ayah ini membuatnya sakit hati dan dendam, yang berpengaruh pada pilihan hidupnya kelak. Sebuah pilihan hidup yang pahit dan membuahkan kehancuran banyak orang.
Di Alkitab, juga ada tokoh yang sakit hati, dengan respons yang berbeda-beda. Pertama, Haman dalam bacaan hari ini. Ia benci kepada Mordekhai karena tidak mau bangkit dan menghormatinya. Kemudian kebencian itu berkembang menjadi rencana pembunuhan massal terhadap bangsa Yahudi. Yang kedua, Hana, direndahkan oleh Penina karena mandul (1 Sam. 1:6-7). Ia sakit hati, namun tidak berpikir untuk menghancurkan Penina. Dengan hati yang pilu, ia memohon kepada Allah supaya diberi anak. Oleh kemurahan-Nya, Allah mengabulkan doa itu. Anaknya, Samuel, kemudian menjadi salah satu tokoh penting dalam sejarah Israel.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita perlu bersosialisasi dengan orang lain, entah itu keluarga, teman, atau tetangga. Dalam pergaulan itu, kita tidak dapat menghindar dari kemungkinan timbulnya gesekan yang bisa menyebabkan sakit hati. Kabar baiknya, kita bisa memilih cara meresponsnya. Daripada membalas perilaku orang lain yang telah menyakiti kita, mari kita berdoa dan mengoreksi diri.—TYS
SAKIT HATI BISA DATANG KAPAN SAJA, TETAPI YANG TERPENTING
IALAH BAGAIMANA RESPONS KITA
Anda diberkati melalui Renungan Harian?
Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan kami.
Rek. Renungan Harian BCA No. 456 500 8880 a.n. Yayasan Gloria