BERBICARA ATAU MENDENGAR?
- Rincian
- Diterbitkan hari Rabu, 25 Februari 2015 00:00
- Ditulis oleh Agustina Wijayani
- Dibaca: 11565 kali
Baca: Amsal 1:1-7
...baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu... (Amsal 1:5)
Bacaan Alkitab Setahun:
Bilangan 28-29
Sebuah humor. Seusai kebaktian Minggu pagi, seorang anak laki-laki berkata pada ibunya, “Bu, kelak saat dewasa, aku mau menjadi pendeta saja.” Ibu bertanya, “Hei, mengapa kamu tiba-tiba memutuskan begitu?” Anak itu menjawab, “Sebab aku yakin, Ibu akan mengharuskanku ke gereja setiap Minggu sampai aku dewasa kelak, bukan? Nah, aku sudah mempertimbangkan dan memutuskan, lebih enak bagiku untuk berdiri dan berteriak-teriak dari podium, ketimbang aku harus duduk dan mendengarkan saja.” Ha, ternyata ia ingin menjadi pendeta, hanya karena ia keberatan untuk mendengarkan!
Amsal hari ini mengingatkan akan pentingnya mendengarkan didikan hikmat, khususnya hikmat dari Tuhan, yang memberi kebijaksanaan. Ini seperti permintaan Salomo ketika ia hendak dinobatkan menjadi raja, “Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara...” (1 Raj. 3:9). Kata “faham” ini berasal dari akar kata “mendengar dengan penuh perhatian”. Artinya, mendengar setiap tuntunan dan didikan Tuhan, yang tak pernah menyesatkan.
Nyatanya, mendengar memang bukan perkara mudah. Lebih enak rasanya berbicara daripada mendengar. Lebih enak mengkritik atau mengomentari daripada dikritik ataupun dikomentari. Dalam mendengar harus ada pengendalian diri. Dalam mendengar perlu ada kerendahan hati untuk diarahkan dan dibentuk. Namun, inilah rahasia firman yang dibukakan hari ini: ketika Salomo rela mendengar nasihat Tuhan di setiap langkah, ia pun menjadi bijak di setiap tindakan.—AW
BERILAH AKU TELINGA YANG SIAP MENDENGAR SETIAP HIKMAT TUHAN
YANG MENUNTUNKU UNTUK MELANGKAH DENGAN BENAR
Anda diberkati melalui Renungan Harian?
Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan kami.
Rek. Renungan Harian BCA No. 456 500 8880 a.n. Yayasan Gloria