KESALEHAN YANG TERUJI
- Rincian
- Diterbitkan hari Sabtu, 27 Desember 2014 00:00
- Ditulis oleh Go Hok Jin
- Dibaca: 15764 kali
Baca: Ayub 1:1-5
Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. (Ayub 1:1)
Bacaan Alkitab Setahun:
Wahyu 12-13
Nama yang disematkan pada seseorang kerap mengandung harapan orangtuanya. Anak yang diberi nama “Saleh” atau “Soleh”, misalnya, diharapkan kelak menjadi pribadi yang saleh. Apakah “strategi” ini selalu berhasil, dalam arti si anak benar-benar menjalani hidup yang saleh? Tidak juga. Menjalani hidup saleh tidaklah semudah memberi nama sekalipun disertai dengan harapan yang begitu tinggi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, orang yang saleh diartikan sebagai orang yang taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah. Kesalehan ini ada pada diri Ayub. Ia juga hidup jujur, takut akan Allah, dan menjauhi kejahatan. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari disebutkan bahwa Ayub menyembah Allah dan setia kepada-Nya. Namun, kesetiaan dan kesalehan Ayub tidak membuatnya bebas dari ujian hidup. Setelah kehilangan ternak, harta benda, kesepuluh anaknya, disuruh mati oleh istrinya, dan disalahpahami para sahabatnya, Ayub dapat melewati ujian itu. Ia pun mengalami pemulihan dan Allah mengembalikan miliknya sebanyak dua kali lipat.
Kesalehan tanpa adanya ujian adalah kesalehan yang belum teruji. Kesalehan yang teruji ibarat emas murni yang muncul setelah melalui serangkaian proses pemurnian. Apakah saat ini iman kita sedang diuji? Tetaplah berpegang teguh pada Allah sekalipun seluruh dunia membujuk kita meninggalkan Dia! Jalani ujian kesalehan itu dengan kekuatan dari Allah. Allah yang membangkitkan iman kita, Allah pula yang akan memelihara dan menyempurnakannya.—GHJ
KESALEHAN TANPA UJIAN BUKANLAH KESALEHAN SEJATI
Anda diberkati melalui Renungan Harian?
Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan kami.
Rek. Renungan Harian BCA No. 456 500 8880 a.n. Yayasan Gloria