BRUTU BAKAR
- Rincian
- Diterbitkan hari Sabtu, 23 Agustus 2014 00:00
- Ditulis oleh Xavier Quentin Pranata
- Dibaca: 8379 kali
Baca: 2 Korintus 2:12-17
Bagi yang terakhir kami adalah bau kematian yang mematikan dan bagi yang pertama bau kehidupan yang menghidupkan. Tetapi siapakah yang sanggup menunaikan tugas yang demikian? (2 Korintus 2:16)
Bacaan Alkitab Setahun:
Yeremia 32-33
Ketika kami sekeluarga jalan-jalan di alun-alun Bandar Seri Begawan, Brunei Darusallam, tercium bau yang sangat menggugah selera. Asalnya dari kedai penjual brutu bakar. Kami tertarik mencicipinya, dan ternyata sangat enak, sampai anak bungsu kami minta tambah. Namun, ternyata ada teman yang tidak doyan makanan ini, bahkan jijik.
Bacaan hari ini pun menjelaskan pertentangan semacam itu. Ketika surat itu ditulis, ada kebiasaan yang menarik saat tentara menang perang. Mereka akan berparade keliling kota. Di tengah arak-arakan itu ada yang membawa semacam dupa yang menyebarkan bau harum ke segala penjuru. Bagi para prajurit, dupa itu melambangkan bau kehidupan karena mereka menang perang. Namun, di barisan paling belakang ada para prajurit yang kalah, yaitu para tawanan perang yang akan segera diadili, dan bisa jadi dieksekusi. Bagi mereka ini, bau itu adalah bau kematian.
Demikian juga dengan salib Kristus. Bagi kita yang diselamatkan, salib adalah lambang dosa kita yang dipakukan sehingga kita memperoleh hidup yang kekal. Sebaliknya, bagi orang yang belum diselamatkan, salib bisa dipahami secara sangat negatif. Secara faktual, hukuman salib memang salah satu bentuk hukuman mati yang paling kejam dan mengerikan. Namun, justru itulah pengurbanan Yesus agar kita tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Suatu pengharapan yang menyejukkan karena penuh kepastian. Mari kita syukuri karya keselamatan-Nya yang menjangkau orang berdosa seperti kita.—XQP
HANYA MEREKA YANG DOSANYA DIPAKUKAN DI ATAS KAYU SALIB
YANG BISA MENGHARGAI PENGURBANAN KRISTUS
Anda diberkati melalui Renungan Harian?
Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan kami.
Rek. Renungan Harian BCA No. 456 500 8880 a.n. Yayasan Gloria