MAUKAH KITA BERKURBAN?
- Rincian
- Diterbitkan hari Jum'at, 18 April 2014 00:00
- Ditulis oleh Eko Iswanto
- Dibaca: 7555 kali
Baca: Matius 27:45-50
Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya. (Matius 27:50)
Bacaan Alkitab Setahun:
2 Samuel 19-20
Bagaimanakah perasaan Anda ketika Anda harus berkurban untuk orang lain? Bagaimana jika orang yang untuknya Anda berkurban itu ternyata tidak menghargai pengurbanan itu atau bahkan menolak pengurbanan itu?
Kita dapat membayangkan sekilas perasaan Tuhan Yesus ketika Dia menjalani hukuman salib. Dia yang tiada berdosa, namun rela menderita bahkan sampai mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia. Kita dapat memahami jika Yesus merasa pedih ketika manusia justru menolak dan mencemooh diri-Nya, bahkan menyiksa-Nya dengan brutal. Yesus juga tercekam ketakutan yang mendalam karena Allah Bapa yang mengutus-Nya sungguh-sungguh meninggalkan Dia. Dia berseru kepada Allah, “Eli, Eli lama sabakhtani—Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku” (ay. 46). Tuhan Yesus Mahakuasa dan mampu menghindari hukuman salib itu. Akan tetapi, karena kasih-Nya, Anak Allah memilih menyerahkan nyawa-Nya untuk menyelamatkan manusia (ay. 50).
Setiap Jumat Agung, kita memperingati pengurbanan dan kematian Tuhan Yesus. Apakah kita masih merasakan getaran kematian-Nya yang menghapus dosa kita? Ataukah, perayaan Jumat Agung hanya menjadi ritual tahunan? Jika Yesus yang tanpa dosa telah rela berkurban demi kita yang penuh dosa ini, maukah kita juga berkurban demi sesama kita untuk mewartakan kabar baik dan keselamatan yang Tuhan anugerahkan? Sekalipun kita mungkin ditolak atau tidak dihargai, biarlah hal itu tidak menyurutkan keikhlasan kita.—EIS
PENGURBANAN YANG SEJATI TIDAK AKAN SURUT OLEH PENOLAKAN
Anda diberkati melalui Renungan Harian?
Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan kami.
Rek. Renungan Harian BCA No. 456 500 8880 a.n. Yayasan Gloria