KASIH YANG BENING
- Rincian
- Diterbitkan hari Sabtu, 09 Februari 2013 00:00
- Ditulis oleh Daniel K. Listijabudi
- Dibaca: 9904 kali
Baca: Yohanes 8:2–11
Siapa saja di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu. (Yohanes 8:7b)
Bacaan Alkitab Setahun:
Imamat 22-23
Kadang muncul berita, masyarakat menangkap pasangan yang ”kumpul kebo”. Sebagai hukuman, kedua orang ini ditelanjangi dan diarak keliling kampung, lalu dikawinkan secara paksa. Wah! Begitu juga dengan perempuan dalam perikop hari ini. Ia tertangkap basah sedang berzinah. Anehnya, hanya dirinya—si perempuan—yang ditangkap. Mana si lakilaki? Ah, tidak adil.
Ini kisah perjuangan melawan ketidakadilan dan penerapan hukum Taurat secara beku. Orang Farisi dan ahli Taurat menggunakan kasus itu untuk menjebak Yesus. Mereka mencobai-Nya dengan mengutip hukum Taurat, yang isinya mempertaruhkan nyawa perempuan berdosa itu. Yesus, sebaliknya, dengan tenang mengajak orang untuk menghayati kebeningan hati dalam menilai keberdosaan orang lain. Dia mengundang kita berintrospeksi sehingga tidak berlaku gegabah, tetapi bersikap adil.
Dalam pernyataan-Nya kepada orang banyak (ay. 7), Yesus bukan menyetujui perzinahan. Buktinya, Dia juga berpesan kepada perempuan itu, ”Jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang” (ay. 11). Dengan pernyataan tadi, Yesus menggugah orang yang suka menghakimi sesama agar berkaca baik-baik sehingga dapat menimbang perkara dengan bening. Dan, dengan sikap-Nya, Dia menunjukkan betapa rahmat dan belas kasihan itu lebih luhur daripada hukum yang kaku.
Apakah kita belajar berlaku adil dengan bersedia melakukan koreksi batin sebelum sibuk menuding orang lain? Ataukah kita bersikeras mengukuhi hukum yang kaku, bukannya belajar mengulurkan rahmat dan belas kasihan?—DKL
PEMIKIRAN HATI YANG BENING MEMBUKA PINTU
UNTUK MEMPERJUANGKAN KEADILAN DAN MENGULURKAN BELAS KASIHAN