MENGUKUR KEFASIKAN
- Rincian
- Diterbitkan hari Kamis, 13 Desember 2012 00:00
- Ditulis oleh Elisabeth Chandra
- Dibaca: 12743 kali
Baca: Mazmur 10
[Orang fasik] berkata dalam hatinya: Aku takkan goyang. Aku tidak akan ditimpa malapetaka turun temurun. (Mazmur 10:6)
Bacaan Alkitab Setahun:
Kisah Para Rasul 24-26
Siapa sih orang fasik itu? Pertanyaan menarik itu terlontar dalam sebuah pertemuan di kantor. Apakah orang fasik sama dengan orang yang tidak percaya Tuhan? Apakah orang fasik identik dengan orang jahat? Apakah ada orang kristiani yang bisa disebut fasik?
Pada dasarnya orang fasik adalah orang yang congkak, merasa ia tahu apa yang baik (ayat 2-3, 6). Hukum-hukum Allah tidak relevan baginya (ayat 5). Ia melakukan segala sesuatu sesuai dorongan hatinya, tanpa berpikir tentang apa yang menjadi kehendak Allah, apa yang memuliakan Allah, bagaimana ia harus bergantung kepada Allah. Ia bukan orang yang ateis, tetapi ia hidup seolah-olah Allah tidak ada, tidak melihat, dan tidak akan menuntut pertanggungjawaban atas hidupnya (ayat 4, 11). Dalam bagian-bagian lain di Alkitab kita bisa melihat bahwa para pemimpin rohani pun bisa terjebak dalam dosa kefasikan (Yeremia 23:11).
Seberapa sering kita berpikir tentang Allah dan kehendak-Nya dalam menjalani hidup? Kita bisa beribadah beberapa jam lalu melanjutkan hidup seolah-olah Dia tidak melihat. Kita bisa melakukan banyak hal yang baik tanpa memikirkan Allah sama sekali. Kita jarang berpikir tentang tanggung jawab kita kepada Pencipta kita dalam bekerja. Kita merasa cukup baik karena tidak melakukan dosa-dosa besar. Kita tidak tertarik membangun relasi yang intim dengan Allah. Dalam derajat tertentu, kita pun bisa berlaku fasik sehingga pola pikir dan perilaku kita tidak banyak berbeda dengan orang-orang yang belum mengenal Allah. Kefasikan memberi ruang bagi dosa-dosa lain untuk bertumbuh. Waspadalah!—ELS
HINDARKAN DIRI DARI KEFASIKAN DENGAN MENYADARI BAHWA ALLAH HADIR
DAN TERLIBAT DALAM HIDUP KITA SETIAP HARI.